12 April 2012

Aku, Kamu, Dan Dia

Gue gak pernah bayangin bakal terjerat sekelumit cinta yang rumit. But in fact, gue udah terjerat..

----

Aku tak benar-benar tertidur. Hatiku masih risau. Sesekali kubuka mata dan kupejamkan kembali. Berharap... Berharap keajaiban akan terjadi. Namun, langit-langit kamarku masih terdiam, membisu melihat hatiku yang kaku. Sekilas tak ada yang berubah dari ruangan ini. Tak satupun. Huuuh, aku menghela nafas. Pandanganku teralihkan pada sebuah benda kecil seukuran kepalan tangan yang tergeletak di atas meja belajarku. Sebuah benda yang telah membuat semua ini terjadi. Aku terbangun. Kusandarkan bahuku pada tembok sebelah kasurku. Tanpa sadar ujung jari tengahku sudah menempel di bawah dagu dalam posisi telapak tangan kanan dan kiriku menempel satu sama lain. Ya, gaya berpikir ala Sherlock Holmes. Tapi sekarang masalah yang kuhadapi bukanlah seperti apa yang biasa dihadapi tokoh idolaku itu. Bukan menerima kasus, datang ke TKP, melakukan uji forensik, mencatat data, dan menyimpulkan hipotesa. Bukan. Bukan itu semua. Apa yang kuhadapi bahkan lebih rumit. Ini masalah.. Masalah yang menyangkut perasaan.

----

Aku merangkak mendekati benda kecil itu. Namun terhenti. Aku kembali duduk. Bahuku tak lagi bersandar. Pandanganku tetap pada benda kecil itu. Beberapa detik yang lalu benda mungil itu masih bergetar. Membawa pesan yang tak pernah kuinginkan. Aku berdiri. Entah apa hal apa yang merasukiku. Kuraih benda itu. Kubuka kembali pesan-pesan yang telah dengan suksesnya membuatku tak bisa memejamkan mata dengan tenang sampai detik ini. Deg! Aku kembali lesu. Pesan-pesan itu...

Pelupuk mataku mulai terasa panas. “Mengapa harus antara aku, kamu, dan dia?” Kataku lirih. Masalah ini rumit, benar-benar rumit. ‘N’ anak yang sudah menaruh hati padaku sejak SMP sekali lagi harus kusakiti. Jujur saja sebenarnya aku tak mau menyakitinya, dia terlalu baik, dan mungkin itu yang membuat sahabatku sendiri (sebut saja Na) jatuh hati padanya. Ya, aku berada pada posisi yg sulit. Posisi dimana aku harus menjaga perasaan.. Perasaan mereka. Perasaanku? Abaikan saja perasaanku.

----

Benda kecil itu bergetar lagi. Mengembalikan anganku yang sedari tadi melayang entah kemana. Kulihat nama yang terpampang di layar. Hatiku mulai gusar. Terpikir olehku untuk menaruh benda mungil itu dan mengabaikannya. Namun kuurungkan. “I must face it” Kataku dalam hati.


From : Na

That’s right. Then I’ll make my own step even if I have to hurt my self. Ok, take care, thanks for all you have done for me :)

(Itu benar. Aku akan membuat langkahku meskipun aku harus menyakiti diri sendiri. Ok, take care, makasih atas semua yg telah kamu lakukan untukku :) )


Pesan yang cukup singkat untuk hati yang tersayat. Aku tau Na tak sekuat yang ia katakan. Aku tau.. Aku tau.. N menceritakan semua pada Na.. Menceritakan cintanya yang tak terbalaskan olehku. Aku tau.. Na tidak buta.. Dia tau.. Dia bahkan tau N mencintaiku dan aku tak mencintainya.. Dia.. Dia juga tau.. Dia tak bisa memaksaku mencintai N seperti aku tak bisa memaksa N mencintainya.. Namun untuk N.. Untuk N.. Na mencoba.. Mencoba menjadi pendengar.. Mencoba menjadi pendengar yang baik.. Meski taruhannya adalah.. jerit hatinya yang terdalam..

 

Blog Template by BloggerCandy.com