19 Maret 2013

Absurd Moment of SKAL

HAI KALIAN SEMUAAAA :D *waving* 
setelah lama ehem ga menghibur kalian, gue hadir lagi. sekali lagi ehem buat menghibur kalian. penekanan. ehem khusus kalian. elu kenapa eham ehem mulu? maklum mendadak tenggorokan gue gatel abis nelen tugu pahlawan. ending.

oke guys, gue mau ceritaaaa.. sesuatu serba absurd waktu gue SKAL, yang kate syahroni terpampang nyata membentang cakrawala melintasi khatulistiwa. well, cekidot.

DIKEJAR KUDA
apa yang lumrah dilakukan anak SMA normal ketika berkunjung ke Malioboro? Belanja! oke tepat. gimana kalo pertanyaannya diganti dikit. apa yang lumrah dilakukan anak SMA idiot ketika berkunjung ke Malioboro? read this.

ini semua bermula saat gue dan rombongan gue berhamburan di Malioboro. layaknya anak SMA kece lainnya, gue menyusuri jalan, liat pernak penik, liat baju baju, dan satu lagi, pegang sana sini tapi gak beli. gue slalu make hukum kekekalan senyum :
barang bling-bling + mendekat + (pegang x lama) + tanya harga + liat uang = senyum + ngacir.
buat mas mas sama mbak mbaknya  penjual yang baca ini. maaf ya mbak mas, sebenernya  bukan bermaksud ninggalin gitu aja, itu juga bukan karna aku udah gak cinta, tapi karna aku tau aku tak bisa memilikinya :')

nah seiring berjalannya waktu gue di Malioboro, hukum kekekalan senyum pun mengalami sedikit perubahan. 
barang bling-bling + mendekat + (pegang x lama) + tanya harga + liat uang = senyum + ngacir + dipelototin

maka dari itu daripada lama-lama disana dan gue keburu dikeroyok para pedagang yang udah dendam kesumat, gue putusin buat balik ke bis. di tengah perjalanan gue liat delman dimana-mana. lo tau delman gak? itu lho kendaraan yang ada kudanya. nah, di bawahnya tempat duduk kusir itu selalu ada kantong rahasia tu. isinya juga rahasia. gak ada yang boleh tau. hanya Tuhan dan kuda yang tau apa yang telah diperbuat pantatnya kuda pada kantong itu. yang jelas, kantong itu teraniyaya. nah, gue yang jalan di sampingnya juga teraniyaya men. mana delmannya pelan, jalan disamping gue, kagak nyalip-nyalip -_- kantong rahasia itu udah menyerap seluruh energi positif disekeliling gue. gue udah ga tahan. gue coba ngomong baik-baik sama kudanya tapi dia nyuekin gue. dia tetep aja jalan. mana sialnya lagi, dia nutup matanya! lu tau kenapa? itu pasti karna dia takut jatuh cinta pada pandangan pertama sama gue!

karna dengan perudingan dan musyawarah mufakat gak berhasil, gue punya ide cemerlang! bayangin ide gue aja udah bikin ketawa! you are so brilliant, dude! dengan wajah penuh kemenangan gue deketin si kuda, layaknya orang PDKT pada umunya, awalnya gue malu-malu, gue juga gak frontal, nah setelah udah cukup deket dan aman, gue melancarkan aksi. dengan pelan tapi pasti gue jawil kudanya! gue ngacir sambil ketawa-ketawa puas. beberapa detik kemudian waktu gue liat belakang, gue liat kudanya ngejar gue! sumpah ini beneran? buset. gue lari terbirit-birit, sekenceng mungkin. gue udah komat-kamit, ma, pak, kalo gue mati kegencet kuda, jangan sedih ya, makasih atas semuanya selama ini. love you always. setelah bayangin sana sini, gue baru sadar udah ga ada bunyi tapal kuda, dengan nafas yang belum stabil, gue liat belakang. lho hilang? hah, syukurlah ga jadi mati kegencet kuda, kata gue dalem hati. setidaknya gue gak malu karna di koran dipampang sebagai berita utama "ANAK SMA MATI TERGENCET KUDA DI MALIOBORO" gak keren banget tau-_- dan akhirnya gue nyampe di bis dengan selamat ;)

oke guys, dari pengalaman gue ini, gue bisa nyimpulin : 
Jangan Sekali-kali PDKT, Apalagi Jatuh Cinta, Bahkan Sampe Nge-PHP-in Kuda, Bisa Jadi Nyawa Anda lah Taruhannya!

oke sekian dulu kawan :D based on true story yag berkolaborasi dengan imajinasi yang tinggi ;) well, see ya later~~

2 Desember 2012

Seperti Bicara dengan Batu

Kubuka mata. Mengerjap ngerjapkannya sebentar. Lalu kutatap langit-langit kamarku. Kosong. Lebih pada mengumpulkan kesadaran. Atau nyawa. Sepersekian detik kemudian, lebih tepatnya setelah nyawaku terkumpul, kurasa ada sesuatu menindih perutku. Kudongakkan sedikit kepalaku. Ah ternyata semalam aku tertidur setelah buku biologi setebal 320 halaman, ditambah 4 halaman catatan dan sampul berhasil membiusku. Aku bangkit. Kuangkat buku bersampulkan bebek seksi yang sedang berenang itu. Sungguh gambar yang aduhai di mata para bebek jantan. Kualihkan pandangan pada seisi kamarku. Tak kuhiraukan lagi sampul yang aduhai itu. Aku menghela nafas. Sedikit tersenyum miris mengingat bebek seksi pun ternyata tak mampu membuatku tertarik. Aku memandangi jam. Bukan untuk mengetahui pukul berapa sekarang tetapi untuk memelototi benda itu, yang sudah sedari tadi meneriakiku tanpa henti, memaksaku segera berdiri, mandi, menyantap sarapan, berangkat. Dan menjalani hidupku. Hidup yang membosankan.
-----

Aku melangkah gontai ke ruang kelas. Langkahku terasa berat hari ini. Hari ini. Bukan. Setiap hari. Tak terpancar sedikit pun semangat. Tak sedikit pun. Dengan malas kulihat papan di depan pintu kelasku itu. "XI ACCELERATION". Oh man, kelas neraka kau tahu. Pasti ketika mengetik, orang yang membuat papan itu sangat mengantuk atau habis kena piring terbang yang dilempar istrinya karna telah tertidur di kandang ayam saking mengantuknya. Apapun itu, tak seharusnya tulisan itu terpampang disana.


"Woy!" Sentak seseorang mengagetkanku. Aku menatapnya malas. Ternyata Clara. Ujung bibirnya menyungging sedikit jahil. Puas melihat aku yang sempat terkaget disentaknya. Tak lama saling pandang, anak ajaib semitomboy itu berbalik dan melangkah menuju bangku miliknya. "Haaah.." Aku menghela nafas untuk kedua kalinya dalam pagiku ini. "Lagi lagi kejadian yang selalu sama"

Aku teringat dulu. Sangat dulu .Entah kapan tepatnya. Yang pasti, saat itu adalah kali pertama aku masuk kelas ini. Jujur saja, aku takut. Untuk mengenali lingkungan baru, tak pernah kurasa setegang ini sebelumnya. Mungkin karena siapapun yang mengucap kata akselerasi akan meng-embel-embelinya dengan kata pintar, cerdas, cepat, sebagai penyambung kata selanjutnya. Ayahku pun sama. Akselerasi itu pintar. cerdas. cepat. Kata beliau.  Tak pernah kuinginkan untuk masuk bahkan bergabung dengan kelas itu. Selain, ya, ini adalah angkatan pertama akselerasi sekolahku--yang dengan kata lain, mau tidak mau, menjadi kelinci percobaan-- aku memang tidak berminat. Aku memiliki kecintaan yang berlebih pada kebebasan dan petualangan. Dan kelas yang  notabene dengan anak pintar, cerdas, cepat, serta.. tertekan, tentu bukanlah hal yang cocok denganku. Jikalau dianalogikan sebagai hubungan sepasang kekasih, aku adalah seorang yang bebas dan kekasihku adalah seorang yang posesif. Bagai air dan minyak, kami takkan pernah menyatu.
-----
"Kriiing.." Bunyi bel terdengar kelewat nyaring di telingaku. Dan aku tau pasti, tak hanya di telingaku, tetapi juga di telinga makhluk-makhluk indah ciptaan Tuhan yang sudah sedari tadi mati bosan mendengar penjelasan panjang lebar kali tinggi yang disampaikan pahlawan tanpa tanda jasa itu. Aku yakin pula tak terkecuali di telinga putri tidur yang sudah tak sadarkan diri  sambil ngowoh menikmati perjalanan menuju sleeping beaty-nya. Syukurlah bel pulang, pikirku yang kutahu pasti mewakili pikiran semua spesies yang ada di kelas ini. Makhluk-makhluk indah ciptaan Tuhan yang mati bosan tadi nampaknya telah hidup kembali setelah ditiupkan sangkakala penanda berakhirnya pelajaran, begitu pula dengan putri tidur yang terlihat sedikit sebal karena terbangun dari sleeping beaty-nya namun juga senang karena tahu yang membangunkannya adalah sangkakala paling nyaring di sepanjang perjalanan indah tidurnya. "Sekian dulu anak- anak. Dilanjutkan pertemuan selanjutnya. Selamat siang" "Siang paaaaak", sahut mereka penuh semangat.

"Eh, bukannya besok lomba kebersihan kelas ya?", tanya Agista, teman sebelahku. "Hm..." Aku berdeham. Kuketuk-ketukan jari pada dagu, mencoba mengingat-ingat. "Kayaknya sih iya, Gis", jawabku ragu. "Terus banner slogan kelas gimana? Kan kita belum pasang!" Sahut Winda dari belakang yang rupanya menyimak percakapan kami. "Yah, ngga bisa pulang cepet dong?", kataku sedikit cemberut. "Hah, iya nih..", sahut gista menimpali dengan wajah yang nggak kalah cemberut. "Napa kita nggak minta bantuan anak cowok aja?", usulku akhirnya. "Ah, kayak nggak tau anak cowok kelas kita aja! Mana ada peduli sih? Mau monas runtuh juga mereka biasa aja!", Sahut Indi dengan nada meninggi. "Lu kapan dateng ndi?", tanyaku. "Hehehe barusan", katanya sambil nyengir. "Abisnya denger usulmu minta bantuan anak cowok tuh nggak masuk akal banget! Makanya gue langsung nyaut".
"Tapi bener juga sih kata Indi. Minta bantuan anak cowok tuh percuma. Kayak ngomong sama batu!", kata Winda dengan nada yang ikut meninggi. Sebagai wakil ketua kelas, selama ini Winda memang sudah cukup sabar menghadapi kelakuan anak cowok. Dan nada tingginya kali ini sebenarnya sangatlah bisa dimaklumi.
"Yaudahlah kita benerin sendiri dulu. Kali aja mereka kesambet terus mau bantu kita", kata Agista mencoba menetralkan suasana yang sudah semakin memanas.

Krrrttt Krrrrttt.. "Aduuuuh mejanya beraaaat", keluh Agista. "Diangkat gis. Sini aku bantu", kataku menawarkan diri. Susah payah, dengan terhuyung, kami mengangkat meja itu berdua, meletakkannya dan menyeretnya sampai merapat tembok belakang kelas. "Haaah.. Akhirnya.. Siapa ini yang naik buat masang banner? Si Indi sama Si Winda mana?", tanya Agista. "Tuh Si Indi lagi nyapu di depan, Si Winda...", Kata-kataku terhenti, hatiku terhenyak melihat beberapa anak cowok sedang asyik bermain komputer kelas, dan tampak tak peduli dengan Indi yang sedang sibuk menyapu disampingnya, bahkan mereka dengan suara kerasnya tertawa-tawa sambil sesekali mengumpat ketika pemain yang dimainkannya gagal memasukkan bola ke gawang lawan. "Ah pasti main PES lagi", kataku sedih, sedikit marah juga kecewa. "Padahal udah diperingatin Bu Titis lho. Masih tetep aja", sahut Agista ikut mengomentari. "Sedih gue punya temen cowok yang nggak bersikap cowok kayak gini", kataku kesal. "Iya, padahal kita kelihatan susah payah benerin kelas, tapi mereka nggak respect sama sekali.". Kami menghela nafas bersamaan, entah sudah keberapa kali untuk hari ini.
"Gis, Sy, Bannernya..", kata Winda sambil menunjuk banner mengisyaratkan kami untuk segera memasangnya. Melihat wajah kami yang tak bersemangat, Winda menghampiri kami. "Kenapa kalian?" "Tuh..", jawabku sambil melirik sinis ke arah anak anak cowok yang masih saja asyik. "Oh, mereka. Aku dari tadi juga kesal sama mereka. Pedulinya kemana sih! Hih! Gue samperin aja!", Kata Winda sambil melangkah cepat menghampiri anak anak cowok tadi. "Kalian, nggak ada minat bantuin kita?" Winda bertanya dengan sedikit kesal. "Hmmm..", jawab mereka malas.  Ah sial! meleset! Gara gara lo sih! Stik lo juga, sialan!" "Eh sialan lo nyalahin gue! Kiper gue emang T O P B E G E T E men!". Winda menyerah. Dia tau usaha mengajak anak anak cowok itu takkan berhasil. Aku bertambah muram melihat pemandangan barusan. Wakil ketua kelas saja tak dianggap. Aku menggerutu kesal. Tiba tiba ku rasa sesuatu menyentuh pundakku. Aku menoleh. Tangan Agista rupanya. "Banner kita belum selesai. Nggak ada waktu ngurusin mereka" Aku tau Agista juga kesal. Lelah. Begitu juga Aku, Winda, dan Indi. Kami tak tahu lagi harus berbicara dengan cara apalagi. Berbicara dengan mereka memang sulit. Sesulit berbicara dengan batu.
------

22 September 2012

Pemenang diantara Keduanya

21 September 2102, 23:00


Dear diary,

Aku tak mengerti. Sudah biasa kurasa sebenarnya. Tapi entah, ini hari aku merasa terkekang oleh agamaku, imanku, oleh peraturan itu. Mungkin setan telah berbisik. Secerca keraguan kerap kali menghampiri. AB tipe darah pemegang prinsip, sekecil apapun itu. Namun goyahnya prinsip karena kepiawaian setan menggelitik nafsu sudah sering kualami. Barangkali memang benar kata orang, yang kerap kali membuat orang terjatuh bukanlah batu besar melainkan kerikil. Apa-apa yang tak nampak itu sesungguhnya lebih berbahaya, kawan. 

Layaknya pemuda-pemudi pemabuk cinta lainnya, terkadang aku pun ingin tersengat racun cinta yang terkenal edan dan menyakitkan itu. Aku ingin edan seperti mereka! Aku ingin mabuk seperti mereka! Aku ingin memiliki dosis ketergantungan yang tinggi terhadap cinta..

Namun, kupikir kau pun mengerti kawan. Ketika hati yang berduet dengan nafsu harus bertentangan dengan prinsip yang berduet dengan agama, pastilah susah mencari pemenang diantara keduanya.

27 Juli 2012

PUSER

HELOOO EVERIBADEEEEEH!!! :D
kok ngga ada yg jawab? hiks, kalian tega ya *lari ke pintu*
Oke, kembali lagi bersama saya Arsy Rahmadani dalam acara PUSER [PUSat Edukasi (?) dan Reboisasi (????)] *pasang tampang hostnya SILET*

Baiklah kita mulai acaranya..

Who lives in a pineapple under the sea?? Spongebob squarepants
Absorbent and yellow and porous is he?? Spongebob squarepants
If nautical nonsense be something you wish.. Spongebob squarepants
Then drop on the desk and flop like a fish.. Spongebob squarepants
Ready???
spongebob squarepants
spongebob squarepants
spongebobbbbbbbbb squarepants.....

Ini acara gue! Hostnya gue! Bukan spongeboooooob!!!! Hiks.. *nangis di pojokan*

Tiba-tiba spongebob pun datang dan terjadilah dialog antara spongebob dan patrick (ini juga, kok ada patrick, kapan datengnya coba Щ(ºДºщ) )

Baiklah, sekian PUSER episode kali ini. Saksikan PUSER episode selanjutnya hanya di Diary Bocah Kediri ;)

12 April 2012

Aku, Kamu, Dan Dia

Gue gak pernah bayangin bakal terjerat sekelumit cinta yang rumit. But in fact, gue udah terjerat..

----

Aku tak benar-benar tertidur. Hatiku masih risau. Sesekali kubuka mata dan kupejamkan kembali. Berharap... Berharap keajaiban akan terjadi. Namun, langit-langit kamarku masih terdiam, membisu melihat hatiku yang kaku. Sekilas tak ada yang berubah dari ruangan ini. Tak satupun. Huuuh, aku menghela nafas. Pandanganku teralihkan pada sebuah benda kecil seukuran kepalan tangan yang tergeletak di atas meja belajarku. Sebuah benda yang telah membuat semua ini terjadi. Aku terbangun. Kusandarkan bahuku pada tembok sebelah kasurku. Tanpa sadar ujung jari tengahku sudah menempel di bawah dagu dalam posisi telapak tangan kanan dan kiriku menempel satu sama lain. Ya, gaya berpikir ala Sherlock Holmes. Tapi sekarang masalah yang kuhadapi bukanlah seperti apa yang biasa dihadapi tokoh idolaku itu. Bukan menerima kasus, datang ke TKP, melakukan uji forensik, mencatat data, dan menyimpulkan hipotesa. Bukan. Bukan itu semua. Apa yang kuhadapi bahkan lebih rumit. Ini masalah.. Masalah yang menyangkut perasaan.

----

Aku merangkak mendekati benda kecil itu. Namun terhenti. Aku kembali duduk. Bahuku tak lagi bersandar. Pandanganku tetap pada benda kecil itu. Beberapa detik yang lalu benda mungil itu masih bergetar. Membawa pesan yang tak pernah kuinginkan. Aku berdiri. Entah apa hal apa yang merasukiku. Kuraih benda itu. Kubuka kembali pesan-pesan yang telah dengan suksesnya membuatku tak bisa memejamkan mata dengan tenang sampai detik ini. Deg! Aku kembali lesu. Pesan-pesan itu...

Pelupuk mataku mulai terasa panas. “Mengapa harus antara aku, kamu, dan dia?” Kataku lirih. Masalah ini rumit, benar-benar rumit. ‘N’ anak yang sudah menaruh hati padaku sejak SMP sekali lagi harus kusakiti. Jujur saja sebenarnya aku tak mau menyakitinya, dia terlalu baik, dan mungkin itu yang membuat sahabatku sendiri (sebut saja Na) jatuh hati padanya. Ya, aku berada pada posisi yg sulit. Posisi dimana aku harus menjaga perasaan.. Perasaan mereka. Perasaanku? Abaikan saja perasaanku.

----

Benda kecil itu bergetar lagi. Mengembalikan anganku yang sedari tadi melayang entah kemana. Kulihat nama yang terpampang di layar. Hatiku mulai gusar. Terpikir olehku untuk menaruh benda mungil itu dan mengabaikannya. Namun kuurungkan. “I must face it” Kataku dalam hati.


From : Na

That’s right. Then I’ll make my own step even if I have to hurt my self. Ok, take care, thanks for all you have done for me :)

(Itu benar. Aku akan membuat langkahku meskipun aku harus menyakiti diri sendiri. Ok, take care, makasih atas semua yg telah kamu lakukan untukku :) )


Pesan yang cukup singkat untuk hati yang tersayat. Aku tau Na tak sekuat yang ia katakan. Aku tau.. Aku tau.. N menceritakan semua pada Na.. Menceritakan cintanya yang tak terbalaskan olehku. Aku tau.. Na tidak buta.. Dia tau.. Dia bahkan tau N mencintaiku dan aku tak mencintainya.. Dia.. Dia juga tau.. Dia tak bisa memaksaku mencintai N seperti aku tak bisa memaksa N mencintainya.. Namun untuk N.. Untuk N.. Na mencoba.. Mencoba menjadi pendengar.. Mencoba menjadi pendengar yang baik.. Meski taruhannya adalah.. jerit hatinya yang terdalam..

16 Januari 2012

Mengenal Microsoft PowerPoint 2007

Mau share tugas nih~ semoga bermanfaat :) *ngikut blognya nila xD*

DOWNLOAD "Mengenal Microsoft PowerPoint 2007"

2 Januari 2012

Quote Sederhana yang Bermakna :)

Jangan hanya pikir bagaimana kalian bisa bekerja, pikirkan bagaimana kalian bisa mempekerjakan orang lain

begitulah kurang lebih bunyi quote yang gue baca. tapi jujur aja gue lupa baca dimana haha :D *dikeroyok masa* quote sederhana ini yang mendongkrak hati kecil gue buat mencoba hal mulia men, hal mulia untuk memberi lapangan pekerjaan kepada orang lain #eaaaa

well sebelumnya, gue nulis ini sama sekali ga ada tujuan buat pamer ato promosi usaha gue. sama sekali gak. harapan gue nulis ini ya kali aja bisa jadi inspirasi buat kalian semua gitu :) hehe

oke, waktu awal terbesit keinginan buat buka usaha kecil-kecilan, gue sebenernya ga begitu yakin. secara gue masih bocah ingusan yang ga punya pengalaman sama sekali di bidang bisnis ato apalah itu. selain kurang pengalaman, modal jadi kendala kedua.dari awal, gue udah berprinsip kalo modal gue ga mau minta orang tua, gue pengen ini usaha murni gue rintis dari awal pake keringet gue sendiri. ketiga, gue sama sekali ga ada bayangan mau buka usaha apa. siapa target penjualan gue bla bla bla masih banyak kendala yang gue hadapi. sampe akhirnya gue sempat nyerah sebelum nyoba.

sampe suatu ketika pagi-pagi waktu gue masuk kelas, ga biasanya kelas gue rame kayak pasar hewan. sumpah hari itu temen-temen cewek gue ganasnya kayak ibu-ibu dapet diskonan gede di mall. gue akhirnya nimbrung. gue baru tau ternyata eh ternyata hanya dengan sebuah bolpen cewek-cewek bisa jadi ganas tingkat dewa. RAWR~

lama-lama gue perhatiin bolpen-bolpen korban keganasan temen gue ini unyu-unyu juga. tutupnya ada yang bentuk bebek, mickey mouse, pokoknya gemesin deh. pantesan aja temen gue jadi garang seketika *batin gue* selain tutupnya, bentuknya juga macem2 mulai dari bentuk tabung, segitiga, kotak, ungu, nidji, d'masiv *halah* lha setelah liat bulpen lucu-lucu tadi gue baru tau kalo pemiliknya, temen gue sebut aja 'nilo'. ya, dia jualan dan temen kelas gue sasaran empuknya. dari situ gue jadi dapet inspirasi bro :D insting dagang gue mulai menampakkan diri HAHAHA *abaikan*

setelah pasang muka ala pengemis gue datengin si nilo "eh nil, ntar pulang sekolah lo mau ga anterin gue ke tempat grosiran bulpen murah?" dan dengan polos dan ikhlasnya si nilo jawab "beres"

nb : kalo di dunia bisnis yang sebenernya mana ada saingan pedagang malah minta ditunjukin tempat kulakan dan parahnya pedagang yg jadi saingan menerima dengan senang hati -____-

singkat cerita gue beli 1 dozen bulpoin unyu. gue jualan otodidak sih. target penjualan gue aja ga tau. bodo ah yang penting gue pengen jualan. nanana nanana~ *nada iklan indomilk* dagangan gue tadi gue titipin ke toko bapak gue. o ya, tentang toko bapak gue, gue sempet pernah heran sama bapak gue kenapa beliau mau susah payah buka toko padahal untung per bulannya aja cuma sedikit. dan waktu gue tanya beliau, dengan bijaksananya beliau menjawab :


"Untungnya mungkin memang kecil tapi yang mulia adalah memberi lapangan pekerjaan pada orang lain"

uhuk gue terharu men. hina banget gue cuma mikir labanya. gue gak nyangka di luar itu ternyata bapak gue punya tujuan yang jauh lebih mulia. proud of him :)

=== SEKIAN ===
note : alhamdulillah sekarang usaha gue udah berkembang. dari 1 dozen bulpoin jadi 5 dozen bulpoin. semoga bisa terus berkembang. mohon doanya ya pembaca :) btw ini contoh bolpoin dagangan gue, unyu kan? :3



2 Desember 2011

it's time to... "PERTANYAAN PEMBACA" :)

hari ini gue nulis 3 postingan sekaligus. rekor. *plok plok plok* dan postingan gue yang ke-3 ini pun masih tentang "penjara, sebut saja SEKOLAH". setelah beberapa jam postingan menyedihkan itu gue publish, gue nerima beberapa pertanyaan dari pembaca. maka dari itu gue nulis postingan ini. well, cekidot!
Di postingan "penjara, sebut saja SEKOLAH" kan  lo cerita lagi pada UAS kok lo malah maen futsal?
well, gue bingung mau jelasin mulai darimana. bukannya gue pamer, gue cuma pengen memperjelas cerita. gue anak kelas percepatan. kelas yang sebenernya sama sekali bukan jadi salah satu bagian dari impian gue. oke, balik ke topik, karna gue di kelas percepatan tadi, jadi UAS gue duluan. gue udah raportan, dan ini lagi santai. jadi pas yang lain UAS, gue sebenernya sih pelajaran, tapi sebagian guru repot ngurusin UAS jadi bisa maen futsal dulu gitu. hehe

Itu kejadiannya pagi ato kapan sih?
kejadiannya pagi. tepatnya waktu belum bel masuk pelajaran.

kisah lo di postingan "penjara, sebut saja SEKOLAH" itu udah detail belum? ya, kali ada yang belum diceritain gitu. kalo ada, buat postingan khusus buat detailnya dong :) hehe. makasih
sejujurnya, di postingan itu kejadiannya belum detail. masih ada gue yang ninggalin pelajaran n nangis di lapangan, support temen-temen gue, dst. oke, gue ceritain satu-satu
tepat setelah kejadian na'as itu menimpa gue, bel berbunyi. bel yang gak pernah gue harap kehadirannya. terlebih, di saat seperti ini. gue masuk ke lab. kimia (kelas sementara gue karna digusur buat UAS) yang gak jauh dari parkiran tadi. langkah gue lesu. sama sekali gak ada semangat buat masuk kelas, apalagi pelajaran. emosi gue masih menguasai segalanya. gak peduli apapun yang terjadi di sekitar gue. yang gue pengen saat itu cuma duduk, menyendiri, melupakan semua yang gue alami barusan. 

lab. kimia terasa suram, sesuram hati gue saat itu. gue coba ngontrol semua, hati, pikiran, emosi, senyum. senyum kepalsuan. senyum yang dipaksakan. senyum yang gue tujukan buat hati gue yang menangis. senyum yang tak ada gunanya. di lab, gue sama sekali gak konsen. pelajaran kimia sama sekali gak bisa memalingkan ingatan gue akan kejadian barusan. mata gue panas, gue mulai nangis. detik pertama, semua terasa normal kecuali temen sebelah yang sedari tadi sudah menyadari kemurunganku. juga tangisku. detik-detik berikutnya, beberapa mata mulai memperhatikanku. memperhatikan air mataku. merasa risih jadi perhatian seisi kelas, gue ijin ke kamar mandi. niatan awal cuma pengen cuci muka. tapi setelah gue lihat jalan kecil yang berakhir di lapangan belakang sekolah, niatan gue berubah. setelah cuci muka, jadilah gue menyusuri jalan tadi dan tujuan gue ke lapangan. teru pelajaran lo? ya, gue gak peduli sama pelajaran, apapun. yang gue pedulikan saat ini cuma satu : PERASAAN GUE. 

sesuai dugaan, lapangan hari itu sepi. gak ada satupun orang disana. bagus, batin gue. dari jauh gue lihat ada beberapa kursi kayu. teduh dan menghadap lapangan. sempurna. gue duduk. angin mulai membelai gue. lembut... di tengah lapangan gue lihat banyak kupu-kupu terbang kesana kemari tanpa peraturan tak masuk akal mengekang mereka. peraturan, untuk kesekian kalinya ingatan gue kembali ke kejadian tadi. dan untuk kesekian kalinya pula gue nangis. tapi yang ini beda. tangisan gue gak terasa sesak.

beberapa menit berlalu, tangisan gue terhenti karna suara riuh dari sebuah tempat di balik tembok tinggi pembatas sekolah. suara riuh itu perlahan berubah menjadi tawa. tawa lepas. jujur, gue iri. gue iri denger itu. gue iri denger tawa lepas... karna tawa gue telah direnggut tanpa sepengetahuan gue...

gue melangkah kembali menuju lab. keadaan berbeda. tak sesuram beberapa menit lalu. gue duduk, masih tetep di tempat gue sebelumnya. kali ini beberapa temen depan gue mulai memberanikan diri buat bicara sama gue. lebih tepatnya hati gue. "halah wes mbah -panggilan gue-, gak usah dipikir. pak satpam kuwi no pancen ngono. rodo' gendeng" (halah sudah mbah, gak usah dipikir. pak satpam itu memang begitu. agak gila) gue cuma tersenyum. kali ini sedikit ikhlas. temen gue yang lain akhirnya ikut memberanikan diri. gue seneng. mereka support gue.

bel pergantian pelajaran terdengar begitu nyaring. "koyoke guru mulok gak ngajar" (sepertinya guru mulok tidak mengajar) kata temen sebelah, menebak isi pikiran gue. tiba-tiba dari depan, dengan tampang promosi, salah satu temen gue cewek ngajak buat maen futsal "hoe ayo maen futsal! ayo...."

menurut gue, tampang itu cukup meyakinkan. cukup meyakinkan hati gue untuk berpaling dari kejadian tadi...

SEKIAN

1 Desember 2011

penjara, sebut saja SEKOLAH (part 2)

...... dugaan gue gak meleset. kunci yang gue cari ada di tangan seseorang...
~~~~
dari tempat tadi, gue liat segerombolan satpam lagi ngumpul gak jauh dari parkiran sepeda motor gue. dan hal yang paling nyebelin adalah ada satpam yang gue (dan hampir semua siswa sekolah gue) gak suka disana. sekilas terbesit di hati gue rasa curiga. tapi gue bantah. sebenci-bencinya, gue gak boleh nuduh sembarangan. akhirnya gue pun ngehampirin tuh gerombolan. "pak, tau kunci motor yang itu? (gue nunjuk motor gue)" "gak tau" dan tiba-tiba alarm motor gue bunyi lagi. salah satu orang -temen pak satpam- yang gue gak tau namanya sewot dan ngomong pake nada kasar "wey mbak, UAS iki, motormu mbribeni! ndang dipateni ngono alarme!" (wey mbak motormu berisik! cepet matiin alarmnya!) "lha iya ini saya bingung nyari kunci motor saya" "lha piye to mbak. lalian! mangkane ta! saiki sopo sing nggowo? cepet dipateni kok! lemot!" (gimana sih mbak. lupaan! makanya! sekarang siapa yang bawa? cepet dimatikan kok! lemot!) entah kenapa waktu paknya nanya 'sekarang siapa yang bawa?', gue ngerasa ada yang disembunyiin. gue gak tau, dan gue akan cari tau.

paknya terus melontarkan pertanyaan tapi matanya gak fokus ke gue. paknya sesekali melirik satpam di sebelahnya -satpam yang gue gak suka-. rasa curiga gue semakin menjadi. gue beraniin diri gue ndeketin satpam yang dilirik tadi dan hati gue dongkol waktu gue liat kunci motor gue ditangannya. dia sengaja mainin kunci motor gue biar gue dimarahin. seketika gue rebut dari tangan satpam tadi. gue lari pengen nangis. dan dari kejauhan terdengar segerombolan satpam tadi tertawa puas. tertawa karna telah berhasil membodohi gue.

di kelas gue diem. kejadian tadi memenuhi otak gue. malu, nyesek, sebel, semua bercampur jadi satu. lucu? itu tadi lucu? puas bikin gue keliatan kayak kambing dungu? puas nertawain gue? puas njadiin gue bahan lelucon? puas? PUAAAAS?!

gak terasa air mata gue jatuh. gue nyoba nutupin wajah gue biar gak ada temen gue yang tau betapa pedihnya hati gue waktu itu. karna kejadian itu. 

hati gue dongkol, tersayat, setiap gue inget wajah kak P, satpam-satpam itu, tawaan kemenangan itu, semua menyebalkan. air mata gue gak bisa berhenti. gue tau, hati gue udah terluka terlalu dalam oleh kejadian-kejadian tadi. mereka gak pernah ngerasain... gak pernah ngerasain dibodohi. gak pernah ngerasain terlihat kayak kambing dungu. gak pernah ngerasain ditertawakan orang banyak. gak... gak pernah ngerasain...

gue tau gue cuma seorang murid. murid aneh, manja, yang selalu nglakuin kesalahan.  gue tau gue salah karna LUPA ninggalin kunci motor gue. gue tau kalian baik udah mau nyimpen kunci motor gue, tapi satu yang harus kalian tau, cara kalian salah :) bukan gini. bukan dengan mempermaluin gue. bukan. semua yang kalian lakuin cuma bikin pikiran positif gue tentang sekolah lenyap. murid tak punya kuasa. dan tak berkuasa. gue gak punya tempat mengadu. tentang kejadian ini. tentang segalanya. kalaupun gue bisa mengadu, yang bakal disalahin adalah gue. mereka bakal lebih percaya sama satpam. dan gue sangat amat paham itu. maka dari itu cuma sama tuhan dan kalian lah gue mengadu, kalian yang mungkin bisa ngertiin gue, dan gak akan nyalahin gue.

SEKIAN
 

Blog Template by BloggerCandy.com